Kamis, 04 September 2008

Hijau Yang Matang

Malam ini Tuhan datang padaku.
Aku pun mulai bercerita.

Tuhan... dalam perjalanan hidupku ini,begitu banyak macam manusia sudah

kutemui, begitu banyak cerita derita dan asmara dan bahagia kulalui dalam

usiaku yang tak seberapa. Tapi, setiap kali pulang pada mama, aku ini masih

hijau. Tak pernah mereka anggap aku ini sanggup berpijak pada kaki-ku

sendiri. Masih seperti bayi 22 tahun lalu yang hanya boleh keluar rumah

dalam naungan tangan orang tua. Betapa aku terkekang terpenjara dan

teraniaya dalam sangkar emas diawasi 24 jam.

Aku bosan, aku mau bebas. Sampai kapan sayap ini terhalang jeruji keras ?

Aku muak, Tuhan... muak dengan semua nasehat yang aku dengar 22 tahun

lamanya, berulang-ulang tanpa henti seperti mantra yang mengutuk dalam

nadi-ku. Betapa aku ingin sendiri dalam ruang-ku seperti yang aku lakukan

sejak 10 tahun silam Tuhan, mengurung diri dalam kamarku dengan musik

keras dan coretan di atas kertas, aku tuang semua hitam dalam batinku

pada sebentuk objek imajinasiku Tuhan, semua itu tetap tak mampu

membuatku lega. Aku butuh sebuah pengakuan...

Betapa mereka telah buta oleh norma kolot yang mengikat mereka dalam

dunia sempit yang terisolasi dari pengakuan zaman. Betapa mereka lupa

bahwa anaknya telah tumbuh dewasa. Tapi aku tak menyerah Tuhan, hingga

detik ini aku mencoba menjadi orang yang lebih bijak dalam bertindak,

walau sering aku jatuh dalam lubang cobaan yang Kau beri, aku tetap tegar

berdiri kembali. Semua ini aku simpan sendiri Tuhan... 22 tahun lamanya

aku menjadi kotak pandora bagi hidupku, menyimpan suka dan duka yang

baik dan yang buruk. Aku tak lagi percaya pada mereka yang melahirkan

dan mengasuhku, aku berdosa Tuhan... aku berdosa...

Malam ini aku berlutut Tuhan... seumur hidupku ini pertamaku berlutut atas

kehendakku sendiri. Tuhan... bukakan mata mereka, bahwa apa yang

mereka anggap benar belum tentu benar. Beri mereka kebijakan... bahwa

apa yang anak mereka lakukan belum tentu salah. Bahwa kami anak-anak

mereka telah menjadi dewasa... dan kami bukan lagi sehijau yang mereka

kira, bukan lagi bayi mereka tapi telah menjadi anak dewasa mereka.

Bahwa hijau dalam diri kami telah matang, Tuhan. Warna kami adalah hijau

yang matang.

Amien...