Senin, 08 November 2010

Bukan

"Bukan."
"Bukan karena itu, dan tak akan pernah aku kembali padamu dengan alasan seperti itu."

Selang waktu yang cukup panjang menyela di antara delapan tahun kebersamaan kita. Perpisahan yang sebentar itu menghancurkan delapan tahun di belakangnya. Dan kita, pelaku dalam cerita ini, masih juga saling menjaga kesombongan diri. Yang satu takut disakiti, dan menyangkal kejujuran bahwa dirinya telah ada yang lain. yang lain tak berani mengambil keputusan yang cukup berani untuk mengakhiri percintaan lainnya. Kita terjebak dalam dilema yang tak ketahuan kemana ujungnya. Walau dalam hati kita berharap delapan tahun kebersamaan itu akan menjadi kunci untuk menyatukan kita. Tapi berharap saja tak akan pernah cukup tanpa pernah berbuat.

"jadi, alasan apa lagi selain itu ?" Aku bertanya dengan hati yang getir, menahan hasratku untuk mendekapmu erat dan menghisap habis cinta itu dari bibirmu.

"Kau tahu apa alasan yang sebenarnya. Kau tahu kenapa tak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku."

"Mungkin aku tahu, tapi aku ingin mendengar langsung darimu."

"Kau egois, dan itu tak pernah berubah." suaramu terdengar lebih mirip berbisik.

Dan kita kembali diam, sambil kau menunduk dan bersiap menumpahkan air mata. Aku pun diam, sedikit bangga karena pada akhirnya kau menyerah juga. 




......