Jumat, 24 Februari 2017

31st

   Malam mengiring kepergian bilangan 30 yang seringkali dianggap keramat. Bilangan yang menunjukkan kedewasaan seseorang. Bilangan yang menuntut perubahan. Butuh waktu lama untuk mengerti perubahan yang harus terjadi dalam diriku. Kedewasaan yang datangnya terlambat satu angka. Sekian lama aku habiskan untuk memendam kemarahan, emosi yang secara tidak sengaja aku serap di masa kecilku dulu. Belajar bertahun-tahun untuk memaafkan, hingga detik ini tiba-tiba terbersit satu keberanian untuk mengampuni. Dilema antara rasa bersalah karena melepas ikatan antara daging dengan emosi masa lalu. Kekhawatiran apakah salah, atau justru memang harus seperti ini jalannya untuk mencapai kedamaian. Sesungguhnya, langkahku tak mungkin mengangkut beban berlapis-lapis ini hingga akhir hayat. Tak ada gunanya juga, ketika harinya tiba nanti, aku tak ingin terikat dalam dendam tak bermakna ini. Apa yang telah berlalu, tak mungkin juga aku mengubahnya, walaupun hatiku tentu sangat ingin mengubahnya meski harus berkorban sisa umurku. Tak perlu menceritakan pada siapa tentang apa yang kurasakan, semua terlihat jelas dari semangat hidupku yang kian terkikis. Aku ingin terlahir baru, menjadi jiwa yang bebas dari beban terpendam. Aku… malam ini terlahir baru.