Malam
mengiring kepergian bilangan 30 yang seringkali dianggap keramat. Bilangan yang
menunjukkan kedewasaan seseorang. Bilangan yang menuntut perubahan. Butuh waktu
lama untuk mengerti perubahan yang harus terjadi dalam diriku. Kedewasaan yang
datangnya terlambat satu angka. Sekian lama aku habiskan untuk memendam
kemarahan, emosi yang secara tidak sengaja aku serap di masa kecilku dulu.
Belajar bertahun-tahun untuk memaafkan, hingga detik ini tiba-tiba terbersit
satu keberanian untuk mengampuni. Dilema antara rasa bersalah karena melepas
ikatan antara daging dengan emosi masa lalu. Kekhawatiran apakah salah, atau
justru memang harus seperti ini jalannya untuk mencapai kedamaian.
Sesungguhnya, langkahku tak mungkin mengangkut beban berlapis-lapis ini hingga
akhir hayat. Tak ada gunanya juga, ketika harinya tiba nanti, aku tak ingin
terikat dalam dendam tak bermakna ini. Apa yang telah berlalu, tak mungkin juga
aku mengubahnya, walaupun hatiku tentu sangat ingin mengubahnya meski harus
berkorban sisa umurku. Tak perlu menceritakan pada siapa tentang apa yang
kurasakan, semua terlihat jelas dari semangat hidupku yang kian terkikis. Aku
ingin terlahir baru, menjadi jiwa yang bebas dari beban terpendam. Aku… malam ini
terlahir baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar