Hadirku seperti angin lalu, menyejukkanmu tapi tidak menetap di hatimu. Segala upaya untuk menarik perhatianmu, hanya gesekan lembut di pipimu yang bisa kujangkau. Sementara anganmu, harapmu, masih terpaku pada kepak sayap kupu-kupu.
Andai kau bisa sejenak berpaling dari fokusmu yang terlalu mengawang-awang. Mungkin kau bisa melihat bahwa dihadapanmu adalah manusia yang sedang tergila-gila dimabuk cinta padamu. Andainya sedikit saja kau membuka hati, mungkin dia akan berusaha masuk dan menetap di sana, menanam benih cinta dan merawatnya sebaik yang dia sanggup upayakan. Sebab ia tahu, ini adalah cinta yang patut diperjuangkan. Yang dia tidak ketahui adalah berapa lama percikan kecil itu sanggup berpijar hingga pintumu dibuka.
Cinta itu memang penuh liku. Jalannya berkelok dan penuh tipu. Jika tak jeli memperhatikan, tahu-tahu sudah terlewat. Berbahagialah mereka yang dicintai. Mengejar itu melelahkan jika dilakukan sendirian. Yang mengejar pun perlu tahu batasan, bahwa cinta sebesar apa pun tak akan ada gunanya bila diserahkan untuk orang yang tidak paham artinya menghargai dan membalas dengan rasa yang sama. Bukankan menjadi budak cinta itu melelahkan ? Jadi... belajarlah untuk berhenti memaksakan diri menjadi pemuas kebahagiaan orang.
Dirimu lebih berharga dari kepak sayap kupu-kupu yang dia harapkan. Kamu adalah getaran kecil di permukaan air yang terus meluas menjadi gelombang besar. Siapa pun yang tak siap pasti kewalahan menerima cintamu yang begitu dahsyat. Percik apimu kelak akan menjadi badai api yang meleburkan segala rasa jika tidak dikendalikan.
Maka, ketika ia masih mendambakan kepak sayap kupu-kupu, sedangkan rasa di dadamu telah berkembang lebih dulu... pergilah... sebelum cinta tahu caranya membunuh rasa.