Kamis, 01 Juli 2010

Juni 2010 yang lalu

Bulan Juni datang dan pergi tanpa pamit. Secepat Mei dan bulan sebelum-sebelumnya. Seolah melayang tanpa beban ibarat kapas terbang oleh sentuhan angin pelan. Bulan Juni pergi tak menyisakan sedikit pun rasa. Semua direnggut dengan lahapnya. Mungkin lebih tepat dibilang serakah. Tak adil bagiku yang ditinggal tanpa sisa.

Rasa letih setelah berbulan-bulan meniti hari tanpa jeda melintasi gulungan materi perkuliahan, tiba juga saatnya mengistirahatkan jasadku. Bukan letih dengan kuliahnya, tapi renggangan waktu yang begitu panjang telah membuatku bosan menunggu terlalu lama. Andai semua waktu yang terbuang bisa dimampatkan, tentu tak melelahkan seperti sekarang. Wahai junior-juniorku sekalian, baca dan renungkan ucapanku ini.

"Waktu gak bisa ditarik kembali. Sekali lewat, maka tamatlah sudah."

Berapa pun banyaknya uang yang kau bayar tak akan mampu mengembalikan waktu. Sekarang bisa bersantai tapi di kemudian hari akan terbirit-birit. Aku merasakan beratnya beban ini. Menunggu kapan tiba waktunya aku berdiri di panggung menerima piagam kelulusan di sambut senyum bangga dari Papa dan Mama. Aku sangat berharap bisa kembali ke masa awal kuliah, menyelesaikan semua mata kuliah dengan tekun tanpa sedetikpun bersantai. Tak meremehkan jumlah mata kuliah yang telah dimampatkan demikian padat hingga tak ada ruang untuk melamun barang sejenak. Sekarang adalah sebaliknya. Di saat aku ingin semua mata kuliah ini dimampatkan, aku diberi ruang kosong demikian luas hingga aku bingung sendiri mau kuapakan. Dunia memang tak adil, harus kita sendiri yang berusaha semampu kita berjuang menyelesaikan teka-teki kehidupan. Perkuliahan hanyalah sebagian kecil, level amatiran dari apa yang ada di depan sana. Bertahan saja tak akan pernah cukup. Kita harus melibas, menerjang dan menerkam untuk bisa maju. Di sini, hukum rimba berlaku dengan adil.

Juni 2010 kini telah berlalu. Begitu cepatnya sampai aku merinding membayangkan bertambahnya usiaku. Baru kemarin aku merasakan jadi mahasiswa baru, sekarang sudah lima tahun lewat. Sungguh tak adil kenapa penyesalan selalu datang terlambat. Tapi dari kesalahan itu muncul pembelajaran. Selalu melihat segala sesuatu dengan lebih dekat, lebih cermat agar kita tak terjebak pandangan yang buram tentang semua yang terjadi dalam hidup. Dari semua yang baik hingga yang paling buruk, sama-sama mengandung nilai positif. Kembali pada kita, bagaimana menanggapi semua itu. Apakah kita akan jatuh dan terus terperosok atau bangkit dari kepedihan itu. Kakakku bilang, jangan dengarkan mereka yang menghinamu, karena sebenarnya mereka perduli dan sedang mendukungmu. Ucapan mereka sakit di telinga tapi menjadi cambuk yang ampuh untuk menyadarkanmu walau kadang mereka tak tahu berapa banyak cambukan yang sudah kau terima. Perihmu melebihi luka yang tertuang garam, tapi tak melebihi remuknya tulang belulang. Tangismu membasahi bantal setiap malam tapi tak mampu mengairi sawah. Di atas semua itu masih ada tingkat selanjutnya yang akan menantang untuk dilewati. Jalan kita tak berhenti sampai di sini, masih akan terus ada lanjutannya hingga ketika kita telah mencapai finish. Saat di mana hasil jerih payah kita akan terbayar lunas. Di sana, di ujung perjalanan panjang kita. Tapi bukan sekarang saatnya. Jangan sekali-kali berpikir untuk menyerah. Kita tidak berhak menyerah begitu mudah.

Juni melintas bersama ilusi sesaat. Juli datang membawa batu loncatan. Melompatlah bersamanya menuju ke depan. Tinggalkan penyesalan dan kekesalah itu di belakang, tak perlu kau bawa ke ujung jalan. Biarkan menjadi penanda saat nanti kita berjalan pulang. Bahwa di sana terdapat jurang, semak duri, atau gurun sahara yang menyengat. Bahwa di sana kita pernah terluka, pernah merasakan derita. Tapi itu sudah kita lewati dan kita boleh berbangga.

Juni, kutitip bebanku denganmu.





Tentang Juni :
Bulan juni, namanya diambil dari bahasa latin Iuniores yang berarti "yang muda", Juni diambil dari nama Juno (dewi Hera). Sebagaimana dewi Hera adalah dewi pelindung perkawinan dan rumah tangga, pada bulan Juni terjadi banyak sekali pernikahan. :)


1 komentar:

Anonim mengatakan...

yaaa time goes by so fastly....
andai waktu itu ak lebih garang menggedor pintu kamar kostmu tentu kaw takkan terlena oleh tidur nyenyakmu
well, yesterday was yesterday, today is today. just face it, butuh 'cambuk' lagi? kow punya 3 + 1 'cambuk' hebat di sini hahaha (FOIL + itasuk)

-Iko-