Selasa, 20 September 2011

Burung Hitam

Malam semakin dekat. Malam yang membuat nyaman tanpa hujaman panas matahari. Malam yang mistik dengan cahaya perak rembulan.

Dari arah hutan aku mendengar kicauan panjang menyayat hati. Seekor burung hitam. Burung hitam yang terus mengepakkan sayapnya menuju ke arah hutan. Burung hitam terbang menuju hutan. Kicaunya sendu, menusuk dan pilu. Burung hitam terbang menuju hutan. Meninggalkan kekasihnya yang jalang.

Ponselku berbunyi nyaring. Jaraknya beberapa senti dari lubang telingaku. Mata kiri kubuka paksa, memicingkan mata untuk melihat siapa yang mengirim pesan singkat sepagi ini. Sialnya, untuk melihat nama pengirim laknat itu aku harus memencet lagi dan lagi, akhirnya kubuka kedua mataku untuk memastikan tak ada langkah yang salah. Kau tahu betapa sulitnya mencari tombol di ponsel ketika matamu baru terbuka di pagi buta. Sambil terus berusaha membuka pesan singkat di pagi buta, pikiranku terus teringat burung hitam yang terbang ke hutan. Mimpi kah ? dan aku baru sadar, keringat memenuhi dahi dan leherku walau malam ini udara cukup dingin. Ujung kaki-ku merasakan dinginnya kesendirian. Andai ada kekasihku di samping untuk sekedar berbagi tubuhnya yang hangat.


Tidak ada komentar: