Jumat, 15 Agustus 2008

Penat

Ada bisikan di otak ketika kutatap bulan menjulang tinggi di sana
"Apa yang kau lihat ? sendiri dan beku terdiam di atap."
Dingin di sini aku sendiri,
bersama asap rokok dan segelas teh hangat mengepul
menyulam memori yang lampau menjadi satu helaian panjang
yang aku sendiri tak tahu untuk apa itu nantinya.
Perjalanan panjang yang belum terlihat ujungnya
masih membentang di depan tak terlihat kasat mata.
Apalah artinya aku disini.... tak kuhirau bisikan di otak itu.
Teringat aku betapa mudah nyawa ini hilang ketika melihat ke bawah.
Andai aku loncat sekarang... perjalanan ini akan berakhir,
akan seperti apa jalan di depanku itu.
Akankah seperti kudirikan tenda untuk rehat,
ataukah akan berakhir seperti rusa mati di jalan raya.
Lelah, jujur aku ingin berhenti di sini...
Aku tak tahu siapa diri ini... Tak tahu apa mau ku...
Signal yang hilang di rimba, mungkin itulah aku.
Terperangkap di jasad ini walau sesungguhnya jiwaku
terbang bebas di angkasa sana, menunggu kapan jasad ini
menyusul ke atas.
Apa ku sanggup ?
Hati ini tak tahan memikul sepi tanpa jiwa.
Jasad ini lemah tanpa jiwa.

Kuhabiskan sisa rokok dan teh di cangkirku.
Sesak dan perih mataku melihat ke bawah.
Setitik air mata jatuh membayangkan kematian di depan mata.
Ketika tiba waktuku, kumau tak seorangpun menangis untukku.
Aku pergi menyusul jiwaku...
Tinggi, bebas di angkasa.
Jiwaku
menunggu keberanianku...
Kebebasanku...

Tidak ada komentar: