Sabtu, 29 November 2008

Diam

Sejak lahir manusia terlahir dengan mulut untuk bersuara,
terbukti dari tangisan pertama akibat tepukan bidan di pantat kecilnya.
Lalu kembali suaranya terdengar ketika ia lapar dan buang berak di popoknya.
Kemudian dari ucapan pertama dari bibir kecilnya.
Bertambah usia banyak kosa kata dan semakin berisik ia berceloteh.
Makin dewasa tutur katanya mengisyaratkan wibawa.
Mulutnya tak berhenti berkoar sepanjang hayatnya.

Aku capek terus berkoar.
Aku mau diam.

Salahkah menjadi orang yang bosan dengan kebisingan?
Salahkan menjadi orang yang diam dalam pembicaraan?

Aku bosan bicara tak karuan.
Aku mau tenang.

Benarkah mereka yang tak henti berorasi?
Benarkah mereka yang tak berkompromi?

Mulutku diam terkunci kini
Tak lagi aku mau perduli
Bukankah diam tak berarti tuli
Aku masih punya nurani


Tidak ada komentar: