Sabtu, 29 November 2008

Munafik

Sebaris demi sebaris kata
beralun seiring bibir tak henti bertutur
ditemani tetesan air mata tak kunjung kering
aku menuliskan perihnya hati yang disayat cinta

Darahnya semerah tinta di pena
tapi tak semerah marahku pada cinta
air mataku mengalir membanjiri goresan pena
seolah tak rela perasannya ditulis di sana

Berulang kali cinta datang menggoda
selalu ia pupus oleh dusta
beranjak pergi ketika kusadar ia hina
tapi kembali ia kudamba

Nadiku sudah kuputus semua
maut sudah siaga disamping raga
kulihat kembali goresan pena
merah dan hancur oleh air mata

Aku pergi meninggalkan cinta
dengan surat yang tak terbaca
dan air mata yang tak guna
dan rasa takut semata

Tidak ada komentar: