Senin, 12 Januari 2009

Hati Pelacur

Kusulut sebatang rokok menthol yang kusuka.
Asapnya membuat perih mataku,
menyamarkan air mata yang kutahan sejak pagi.
Kata orang, putus cinta itu sakit melebihi sakit gigi.
Tapi bagiku, sakit macam ini sudah terlalu sering menghampiri.
Riwayat hidupku diusia ke dua puluh menjadi awal semua itu.
Saat pertama jatuh cinta dan ciuman pertama yang dahsyat menggebu.
Juga setiap kegagalan yang kuterima,
berharap kelak semua akan berhasil kujejalkan lewat pintu maaf.
Aku terlalu egois untuk memaafkan, dan jujur aku selalu berharap
mereka itu yang pernah menyakitiku semoga cepat celaka.
Tapi semakin aku benci...
Hatiku makin lantang meneriakkan cinta.
Dasar anak bau kencur.
Hatiku tak lebih dari sarang uji coba untuk cinta dan persetubuhan.
Aku merasa kotor dan hina, terinjak-injak.
Apa yang dulu kukira indah ternyata melebihi neraka,
walau aku tak pernah sentuh neraka... tapi aku sanggup membayangkan
melalui kata-kata dalam kitab dan naskah agama.
Sempat aku memilih mati daripada menderita karena cinta.
Bodoh...
perlahan hatiku tak beda dari pelacur, kurasa.
Mencari cinta yang sejati diantara ribuan yang jalang.
Mungkin suatu saat nanti aku akan cukup beruntung
menyentuh salah satu yang sejati itu.
Dan ia pun memilihku.
Atau aku akan mengulang, mencabik perasaanku.
Merayap dan menjajakan tubuh ini,
Karena bagiku...
Walau cinta hanya semalam...
Persetubuhan itu mengalirkan cinta.
Lewat keringat dan sentuhan.
Setidaknya, disitu ada cinta.

Tidak ada komentar: