Sabtu, 02 Mei 2009

Dangkal

Setiap hari waktu berdetak seirama debaran jantung.
Setiap memori yang terngiang membawaku kembali jauh ke masa lalu, saat dimana aku masih diriku yang lugu. Si Pencari jawaban, yang terbuai mimpi terlampau panjang. Berjalan di dunia dengan kaki timpang tartarih oleh beban. Hidupku bukan yang terindah pun bukan yang terhina.
Hidup adalah perburuan, mencari jalan selamat. Bertahan dari maut yang mengintai setiap saat.

Pikirku tak jauh dari kesenangan belaka. Mencari kebahagiaan dengan segala cara, hingga suatu ketika aku terlanjur basah. Menapak terperosok dalam celah. Menjadi manusia yang haus akan cinta. Aku bukan pelacur hina. Hanya bocah yang mencari cinta. Yang datang padaku pun tak kalah hina. Mencari kesempatan menggauli bocah. Mati saja kau manusia dangkal penjaja cinta diantara paha.

Yang hitam tak harus selalu hitam. Yang putih pun tak selamanya putih. Setitik putih menjadikan hitamku kelabu. Perlahan makin terang dan buyar. Perjuanganku mencari tujuan terjawab dalam iman. Bukan kepada siapa diatas siapa, bukan juga kepada siapa melebihi siapa. Imanku pada keyakinan, percaya bahwa karma itu ada. Menjadi baik untuk mendapat yang baik.

Kelam itu terus menggoda. Tapi mataku buta oleh cahaya. Godaan macam apa tak lagi kulihat walau sebelah mata. Apa benar hatiku begitu hebatnya hingga godaan tak sanggup menggoyahkan. Kurasa keinginan untuk merasa aman yang membuatku tegar. Tegas menolak kenikmatan sesaat. Menjadi pahlawan bagi diriku. Walau perlu waktu begitu panjang untuk perbaiki diri. Aku ingin aman... aku ingin nyaman... aku ingin tentram...

Bagimu seorang yang punya keberanian, hatiku masih bersisa ruang. Mungkin kau akan berkenan mampir mengisi celah yang hilang. Hatiku bukan perawan yang pertama menerima pendatang. Dirimu bukan yang kesekian tapi harus jadi penawar. Menjadi yang akhir, itu yang kuharap.

Tidak ada komentar: