Selasa, 23 Maret 2010

Merah

Merah terus mendura
Darah yang berdesir marah
Ia tangguh adikuasa
Tapi lembut bercahaya

Delima anak manis yang dibuang. Sejak lahir sudah tak diinginkan kedua orang tuanya. Panti asuhan pun tak pernah ramah. Delima tumbuh menjadi gadis yang tegar karena keharusan. Semua manja dan tangisan tak pantas disentuhnya. Manja dan tangis hanya milik anak-anak di luar panti asuhan. Anak-anak manja yang bisa mendapat semua keinginan cukup dengan tangisan. Tapi beda dengan Delima dan anak-anak panti asuhan yang hanya boleh menunjukkan bakat akting seperti itu di depan semua calon orang tua yang akan mengadopsinya. Anak panti asuhan yang diadopsi adalah mereka yang berhasil meluluhkan hati calon "pembeli" dengan tatapan memelas. Sayangnya mereka tak berhak memilih siapa calon Ayah dan Ibunya. Semakin cepat diadopsi maka semakin cepat mereka terlepas dari rumah sesak ini. Saat mereka sudah terlalu tua, jarang ada orang yang mau mengambilnya. Yang dicari orang-orang kaya adalah anak kecil yang lucu dan manja. Sama seperti mereka memilih anjing peliharaan di toko binantang. Anak-anak panti tak ada yang tahu bagaimana nasib anak-anak lain yang telah "dibeli" dari rumah ini. Tak ada satu pun yang kembali. Dan tak ada seorang pun yang mengirim kabar. Pemilik panti juga tak terlalu perduli nampaknya. Sama seperti anak-anak lain yang lebih mirip ternak daripada anak manusia. Mereka diam menunggu kapan tiba gilirannya. Delima cukup beruntung juga. Delima diambil oleh pasangan kaya dari luar kota. Kebahagiaan yang diidamkan sekaligus kecemasan apakah benar ada orang sebaik kedua orang tua angkatnya yang mau menerima kehadiran anak asing dalam rumah mereka. Delima boleh berbahagia karena kedua orang tua angkatnya ternyata sangat sayang padanya. Selalu ada permen tersaji di meja. Juga ada dongeng sebelum lelap dalam mimpinya. Lalu ada dekapan hangat dan ciuman di pipi setiap pagi. Tapi itu sebelum lahir anak kandung yang menjadi adik angkat sekaligus duri dalam kebahagiaan Delima.

Awalnya tak ada perbedaan porsi perhatian yang diberikan pada Delima dan adiknya, tapi setelah Ayah angkatnya kehilangan pekerjaan, semua berubah. Semua yang terbaik adalah milik adiknya. Delima yang saat itu berumur sebelas tahun sudah harus membantu ibunya setiap hari pergi jualan di kantin sekolah. Tak menjadi masalah bagi Delima karena pengalamannya di panti asuhan juga sama. Delima memang anak yang mandiri. Sayang sekali pekerjaannya membuat ia tumbuh menjadi anak yang pemalu. Hampir tak ada waktu baginya untuk bermain dengan teman sebaya. Usai membantu Ibu angkatnya di kantin, ia masih harus membantu pekerjaan rumah. Sedangkan adiknya hanya bisa mengeluh minta makan dan uang jajan. Sekolah pun tak disentuh Delima. Hanya SD tak sampai tamat. Adiknya sungguh beruntung. Sedangkan Ayah yang sekarang kerja buruh, makin gila bermabuk-mabukan. kasihan Ibu angkatnya terus membanting tulang. Tapi Delima hanya bisa diam. Bahkan ketika keperawanannya dijual untuk melunasi uang sewa rumah. Delima harus diam.

Sebagai pahlawan
Dia harus tegar
Setiap luka adalah kebanggaan
Karena dia adalah harapan

Setelah beberapa kali dijual oleh Ayah angkatnya, Delima kabur dari rumah. Bukan keinginannya menjadi gelandangan dan beberapa kali dipenjara. Sekali lagi karena terpaksa. Delima kabur dari rumah setelah menikam punggung Ayah angkatnya. Sama sekali tak ada sedikitpun gadis ini berpikir untuk pulang. Tak ada lagi tempat yang bisa disebut rumah. Bahkan sekarang ia merindukan kehidupan di panti asuhan. Setidaknya, masih ada makanan dan sedikit kehangatan kasur walau dipakai bersama anak-anak lain. Hidup menjadi anak jalanan tak lebih mudah daripada tinggal di rumah. Banyak juga preman yang jahil dan semena-mena. Tapi Delima anak yang tegar. Ia berhasil bertahan. Makin lama pergaulannya semakin luas, bahkan sampai ke dunia malam. Di sana lah Delima bertemu kasih sayang. Seorang wanita malam yang jatuh hati padanya. Tak perduli kasih sayang paling sesat sekalipun, yang penting ia merasa nyaman. Toh dunia sudah lama tak memperlihatkan apa yang sangat dibutuhkan si gadis malang. Santy adalah sosok yang telah lama ia cari. Seorang yang masih pantas disebut manusia dibanding Ayah tirinya. Seorang yang walau hina masih punya cinta seputih mutiara. Santy mengajaknya saling mengikat cinta. Delima pun tak menolak perhatiannya. Mereka tinggal bersama di rumah mewah. Kekasihnya adalah pelacur ternama.

Malam adalah saat paling menyakitkan baginya. Karena kegadisannya direnggut saat malam menghitamkan dunia. Sehitam hatinya yang redam telah dikhianati Ayah angkatnya. Andai ia bisa memilih, lebih baik mati. Tapi merah darah yang bergelora dalam nadinya memaksa untuk bertahan. Darah dari orang yang bahkan tak pernah ia tahu siapa. Mungkin saja Ibu kandungnya adalah perempuan hina yang hamil karena terpaksa. Mungkin begitu ceritanya sehingga anak gadisnya bernasib sama. Malam adalah waktu untuk Delima menelan obat tidurnya. Jika dulu ia sempat berusaha memutuskan urat nadinya dengan batuan tajam, sekarang penolongnya adalah obat tidur pemberian Santy. Rasa sakit itu terus kembali setiap malam tiba. Tentu saja tak semua malam itu menyakitkan. Buktinya ada malam dimana kedua pasangan yang dimabuk asmara ini bisa tertawa lepas.

Setiap hari sabtu mereka pergi berpesta. Ke tempat hiburan khusus pecinta sesama. Hanya di sana mereka tak perlu malu bercumbu mesra di depan orang banyak yang punya hobi sama. Di sana juga Delima tahu bahwa pria pun ada yang cinta sesama jenisnya saja. Sebenarnya tak ada yang akan perduli jenis kelamin apa manusia yang ada di samping mereka. Yang penting mereka bisa tertawa, bergoyang dan minum sampai puas. Toh lelaki di sana tak suka wanita, dan wanita di sana tak mungkin punya kelamin pria untuk menyakitinya. Trauma karena pernah dijual Ayahnya membuat Delima anti dengan kelamin pria. Delima tak membenci pria walau bukan berarti ia akan bercinta dengan mereka, terutama satu karibnya. Pria dari keluarga kaya yang kedua orang tuanya bercerai sejak ia SMA. Malam itu Delima tetap primadona dengan goyangan mautnya. Malam yang panjang dan penuh kesenangan. Di sana lah surga untuk mereka yang terbuang. Tempatnya manusia-manusia yang dibilang sesat karena mencintai sesama jenisnya. Tak ada yang perduli alasan apa yang dikeluarkan, tetap saja dari mata agama (yang tak pernah digubris gadis malang ini), kami adalah pendosa. Kaum yang dibenci Tuhan. Sementara Tuhan tak memberi kepastian kemana kami harus mencari kepuasan. Tuhan juga yang menciptakan cinta dianta kami para jahanam. Cinta juga yang membuat kami rela masuk neraka berpasangan. Tapi takdir berkata lain. Shanty bukan jodohnya yang sejati. Dalam kesenangan malam ini, takdir sedang menjalankan rencananya yang tersembunyi. Delima sekali lagi harus diam tanpa meronta ketika kebahagiaannya direnggut secara paksa. Malam ini Tuhan memberinya waktu untuk berpesta. Tapi tak akan lama. Saat asik bergoyang bersama Santy, sahabat karib mereka pamit pulang. Delima melepas kepergian Violet dengan senyum centil dan ciuman di pipi. Delima tak pernah tahu. Pria itu pun tak tahu, takdirnya nanti adalah menjadi penerus tugas pelacur kesayangan Delima untuk merawat dan membahagiakan gadis cantik yang sama sekali tak mau disentuh pria.

Semua insan dunia
Tak bisa menolak takdirnya
Apa yang disembunyikan Tuhan
Akan tetap rahasia


3 komentar:

Anonim mengatakan...

terlalu pendek...
aku ingin MERAH!
membara, bergairah, dendam...

-IKO-

Ony mengatakan...

Merah itu kuat
Tapi tak harus onar
Ia tegar
Tahan menanggung beban

Merah tak harus keji
Dia mengerti
Arti disakiti

Merah itu matang
Tekadnya bulat
Emosi yang telah dewasa

Merah tak selalu menantang
Ia bisa diam penuh dendam
Membunuh dengan tenang

Anonim mengatakan...

aw gw banget :)))))